Wayang Topeng Jatiduwur Mempunyai Ciri Khas
Info Budaya : Ditinjau dari cirikhas gaya pertunjukannya Wayang Topeng Jatiduwur terbentuk karena adanya struktur pertunjukan yang khas pula. Dalam pertunjukan terdapat cerita yang diungkapkan melalui dialog, tarian dan nyanyian, serta ada unsur lawakan yang dibawakan oleh para tokoh punakawan.
Pertunjukan diiringi dengan alunan musik gamelan Jawa berlaras Slendro, dan tempat pertunjukan berbentuk arena yang biasanya berada di halaman rumah. Sebagaimana diungkapkan oleh Jakop
Sumarjo bahwa teater rakyat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Cerita tanpa naskah dan digarap berdasarkan peristiwa sejarah, dongeng, mitologi, atau kehidupan sehari-hari.
- Penyajian dengan dialog, tarian, dan nyanyian.
- Unsur lawakan selalu muncul
- Nilai dan laku dramatik dilakukan secara spontan, dan dalam satu adegan terdapat dua unsur emosi sekaligus, yakni tertawa dan menangis.
- Pertunjukanmenggunakan tetabuhan atau musik tradisional.
- Penonton mengikuti pertunjukan secara santai dan akrab, bahkan tidak terelakkan adanya dialog langsung antara pelaku dan penonton. Menggunakan bahasa daerah.
- Tempat pertunjukan terbuka dalam bentuk arena.
Baca : Berkesenian Secara Mandiri Kok Bisa
Untuk mengetahui secara detail bentuk penyajian pertunjukan Wayang Topeng Jatiduwur ini, perlu dideskripsikan berbagai elemen pendukung pertunjukan yang ada. Meskipun kondisinya saat ini telah mengalami berbagai pengembangan penggarapan bentuk, namun bagaimana struktur pertunjukannya masih dapat diungkap dalam bentuk tulisan yang bersifat deskriptif.
Adapun berbagai elemen yang dimaksud adalah sebagai berikut:
A. Cerita dan Struktur Adegan
Wayang Topeng Jatiduwur dalam pertunjukannya membawakan tema cerita atau lakon yang bersumber pada cerita Panji. Ceritera/siklus Panji ini dipakai secara turun-temurun sejak jaman Ki Purwa atau sejak Wayang Topeng Jatiduwur ada.
Baca : Disclaimer
Sistem transformasi cerita dari dalang ke dalang penerusnya dilakukan secara lisan dan bukan melalui catatan tertulis atau buku. Hal seperti itu merupakan sebuah tradisi yang terjadi dalam lingkungan kesenian rakyat.
B. Gending pembuka
Sambil menunggu para pemain yang masih berhias dengan dibunyikannya gamlen tersebut menandakan bahwa penyajian wayang topeng segera dimulai, dan seakan-akan mengajak para penonton segera datang.
Sehingga begitu gending-gending dibunyikan berbondong-bondonglah rakyat setempat atau penonton karena mendengarnya lewat speaker atau pengeras suara yang dapat didengar cukup jauh.
C. Penyajian Tari Pembuka
Penyajian pembuka dengan beberapa tarian yang dibawakan seperti Tari Klana, Tari Ngremo Bapang, yang dibawakan dalam bentuk alur cerita.
D. Penyajian akhir
Yang dimaksud penyajian akhir adalah salah satu acara yang menjadi satu rangkaian penyajian Wayang Topeng Jatiduwur disajikan selalu pada bagian terakhir atau penutup.
Baca : Purwo dan Kelahiran Wayang Topeng Jatiduwur
Pada bagian akhir ini sebagai pertunjukan ritual yaitu ’mbatek kupat luar’. Pada bagian ini dianggap sebagai puncak acara bagi orang yang mempunyai kaul, yang dilanjutkan dengan selametan yang menjadi satu rangkaian. ’Mbatek kupat luar’, memiliki makna ’ngluari uneg-uneging ati’ atau mengeluarkan apa yang diangan-angankan selama ini.
Baca : Wayang Topeng Zaman Majapahit di Jatiduwur
Dengan kata lain ’mbatek kupat luar’ yang berisi beras kuning dan uang logam sebagai tanda akhir dari penebusan nadhar atau kaul yang sudah dikeluarkan.
Sebenarnya peristiwa tersebut dianggap dapat juga dimaknai sebagai rasa syukur atas keberhasilan tentang sesuatu yang telah diidamkan, sekaligus harapan yang baik dan dihindarkan dari segala mala petaka di hari depan.
Itulah sebabnya sobat Info Budaya, dalam acara mbatek kupat luar ini dilanjutkan selametan. (Sumber DK-Jatim)