Suhartono Berkesenian Secara Mandiri
Info Budaya : Dalam berkesenian khususnya seni tari, Suhartono mencoba tidak tergantung pada lembaga pemerintah, tetapi ia lebih bertumpu pada kebutuhan aksistensi berkeseniannya. Kiat yang dibangun dalam berkesenian adalah pertumbuhan tari tradisional melalui regenerasi tari.
Suhartono lahir di Jombang pada tanggal 9 Januari 1951, dan sekarang tinggal bersama keluarganya di kompleks Perumahan Griya Jombang Indah Blok L/ 8 / RT 005 / RW 004 Jombang. Di Kota Jombanglah ia sehari-harinya mengabdikan diri dalam dunia kesenian.
Kegelisahan terhadap perkembangan kesenian tradisional khusunya yang hidup di wilayah Jombang mendorong untuk melakukan kajian pada berbagai nara sumber di wilayah Jombang dan mencoba mendekatkan pada generasi penerusnya untuk memahami kekuatan kesenian tradisional serta kebutuhan pengembangannya.
Beberapa kesenian tradisional yang hidup Jombang telah dieksplorasi di antaranya, Karawitan, Wayang Orang, Seniti, Sandur Manduro, Jidor Sentulan, Wayang Topeng Jatiduwur, Kesenian Jaranan , Ludruk, dan yang masih ada lagi yang lainnya.
Upaya pencarian konsep tradisional melalui berbagai genre kesenian yang ada di wilayah Jombang ia lakukan dengan tetap memberikan motivasi kepada komunitas kesenian tersebut serta mengajukan pemikiran kepada para pemegang kebijakan di lingkungan pemerintah Kota Jombang agar berbegai kesenaian tradisional tetap dapat hidup di komunitasnya.
Berbagai konsep berkesenian yang dijelajahinya telah dieksplorasikan dalam berbagai karya yang bersumber dari Jawa Tengah Surakarta, Jawa Timur khususnya seni tradisional Jombang, telah diwujudkan dalam garapan tari bernuansa Jombangan.
“Kegelisahan terhadap perkembangan kesenian tradisional”
Dengan didukung oleh lingkungannya beberapa karya yang telah diwujudkan di antaranya, Gendhing Banjir Bandang; Gendhing Wajib Belajar; Gendhing Ambalung: Langgam Wayang Purwa serta rangkaian iringan tari, Macapat atau Ilustrasi dan Pedalangan, beberapa karya tari Anak-anak dan remaja, serta karya tari yang bersifat garapan bebas untuk seniman
Sejak beberapa tahun terakhir ini Suhartono sering diposisikan sebagai nara sumber oleh para para mahasiswa yang menekuni bidang studi seni khsusunya tari dan banyak memberikan sumbangan pemikiran.
Baca : Keutuhan Keluarga dan Goa Margo Tresno
Adapun riwayat perjalanan berkesenian yang dialami Suhartono dapat disimah sebagai berikut.
Sejak usia anak-anak sudah tertarik pada dunia seni khususnya seni tari. Pada waktu masih duduk di kelas IV Sekolah Dasar mulai belajar tari Cakil kepada pelatih tari dari Kertosono bernama Sutanto (almarhumn). Setelah berbekal kemampuan tari Cakil, Suhartono belajar tari Remo pada Amenan Bolet yang kebetulan bertempat tinggal di depan rumahnya di Desa Sengon, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Jombang, akan tetapi tidak sempat eksis karena Suhartono tidak mau diajak pentas (tanggapan).
Sebaliknya justru berbekal tari Cakil yang telah dikuasai Suhartono sempat diajak tanggapan kemana-mana oleh Amenan dan dipasangkan dengan Ratemin (almarhum) sebagai Bambangannya. Pada masa Presiden Sukarno, Suhartono menarikan Bambang-Cakil dalam misi kesenian ke Al Jazair berpasangan dengan Sudjono SA. seorang guru SMKI Surakarta.
Pada tahun 1970 sudah merasakan nikmatnya mengikuti pendidikan kesenian di ASKI Surakarta, namun baru pada tahun 1980 Suhartono terdaftar secara resmi sebagai mahasiswa STSI Surakarta.
Pada tahun 1975, mendirikan kelompok karawitan dengan nama PATREM dengan markas kegiatan di SPGN Jombang. Pada tanggal 14 Agustus 1986 PATREM dikembangkan kiprahnya dengan menyertakan seni tari sebagai kegiatan, dan nama PATREM diubah menjadi Sanggar Puri Bakti.
Selanjutnya pada bulan Maret 1996 nama sanggar Puri Bakti berubah nama menjadi Sasana Gebyar Seni dengan mengembangkan materi kegiatan yaitu Pedalangan dan Tembang Macapat. Dari kegiatan ini terlahirlah theatrikal Macapat dan Pedalangan Macapat. Hingga sekarang organisasi tersebut masih aktif dengan beberapa anggota yang sudah tua-tua.
Baca : 5 Fakta Unik Candi Borobudur
Pada tahun 1976 mempelajari tari Seniti di Desa Pandan Wangi Jombang, dan pada tahun 1978 Suhartono dipercaya sebagai pimpinan teknis pada tim karawitan Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang bersama-sama dengan Diran (Almarhum), namun hanya berjalan selama kurang dari 2 tahun.
Selang 1 tahun bersama-sama dengan Sie Kebudayaan DEPDIKBUD dan Sie Kebudayaan atau PLS Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang mempelajari seni Sandur yang ada di desa Manduro Kec. Kabuh Kab Jombang. Dari pembelajaran Sandur mendapat Karya Tari dengan judul “ Sabrang Manduro”. Selain itu juga melakukan penggalian kesenian Jidor Sentulan selama 8 tahun dan menata Wayang Topeng Jatiduwur selama 2 tahun.
Pada saat ini kegiatan kesenimanan Suhartono lebih banyak dikonsentrasikan pada pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional di lingkungan masyarakat Jombang. Selain itu, saat ini juga sedang menerjemahkan naskah kuno berjudul Serat Seh Tekawardi dari tulisan berhuruf Jawa kedalam tulisan Latin. (Sumber DK-Jatim)
Buat pembaca setia info budaya yang punya referensi mengenai tokoh seni atau kebudayaan dan wisata bisa mengirimkan email ke kami di hubungi{at}infobudaya.com