Info Budaya : Seni pertunjukan Wayang Topeng Jatiduwur merupakan sebuah bentuk dan gaya pertunjukan wayang topeng dengan cerita Panji yang hidup di Desa Jatiduwur Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang.
Wayang Topeng, adalah pertunjukan yang berbentuk drama tari tradisional berdialog verbal dan dituturkan oleh seorang dalang, semua penari memakai topeng beserta perlengkapannya sesuai dengan karakter tokoh yang dibawakan.
Jatiduwur merupakan sebuah desa yang berada di sebelah utara Kota Jombang tepatnya arah timur laut dari Kota Jombang. Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat bahwa nama Jatiduwur berasal dari kata ‘jati’ yang berarti pohon jati dan ‘dhuwur’ yang berarti tinggi dan jatiduwur berarti pohon jati yang sangat tingi.
Beragam kesenian hidup di Desa Jatiduwur seperti, kesenian Islami :hadrah/samroh, kesenian jaranan, wayang kulit dan wayang topeng. Wayang topeng merupakan seni pertunjukan khas Desa Jatiduwur, dan merupakan satu-satunya jenis wayang topeng sebagai kekayaan kesenian yang dimikili oleh Kabupaten Jombang, karena bentuk dan gaya pertunjukannya tidak terdapat di desa lainnya di wilayah Jombang maupun wilayah lain di Jawa Timur.
Secara historis untuk melacak asal-usul keberadaan seni pertunjukan Wayang Topeng Jatiduwur tidaklah mudah, karena hingga tulisan ini dibuat belum satupun data tentang hal itu dapat ditemukan. Jika dikaji berdasarkan lakon atau tema cerita yang dibawakan itu cerita Panji, maka dapat diduga bahwa kesenian Wayang Topeng Jatiduwur merupakan warisan jaman Kerajaan Majapahit.
Sebagaimana diungkapkan Sal Murgiyanto dan Munardi bahwa pada zaman Majapahit telah ada tontonan topeng yang sangat digemari dan lakon siklus Panji merupakan sebuah lakon yang sangat populer (Murdiyanto dan Munardi, 1979/1980).
Berdasarkan data lisan yang berkembang di Desa Jatiduwur pada umumnya menginformasikan bahwa keberadaan kesenian wayang topeng di Desa Jatiduwur tidak terlepas dari perjalanan hidup seorang tokoh yang dikenal dengan nama Purwo. Konon, pada sekitar tahun 1800-an hiduplah seorang Purwo di Desa Jatiduwur.
Purwo berasal dari Desa Legundi Mojokerto, dan versi lain mengungkapkan bahwa Purwo berasal dari daerah Driyorejo Gresik. Antara Mojokerto atau Gresik keduanya merupakan wilayah yang bersebelahan, maka apabila pusat Kerajaan Majapahit ada di wilayah Mojokerto, sedangkan letak wilayah Jombang bersebelahan dengan Mojokerto, maka wajarlah bila persebaran wayang topeng sampai wilayah Jombang.
Selain itu dan ada juga versi yang mengungkapkan bahwa Purwo berasal dari daerah Krian, Sidoarjo, sedangkan wayang topeng di Sidoarjo diduga ada kaitannya dengan wayang topeng Malang yang dahulu menyebar sampai ke Tanggulangin Sidoarjo.
Berdasarkan informasi lisan, wayang topeng di Sidoarjo sekarang ini sudah mati. Demikian juga mengenai wayang topeng di daerah Malang diduga telah ada sejak jaman Singosari, juga menjadi satu sumber dengan kerajaan Mojopahit (Murgiyanto dan Munardi, 1979/1980). Berdasarkan versi ini pun tetap dapat disimpulkan bahwa Wayang Topeng Jatiduwur merupakan warisan jaman Kerajaan Majapahit. (Sumber DK-Jatim)