Cerita Panji adalah karya cipta yang merupakan simbol pertama kebangkitan sastra lisan dari Jawa Timur sebagai wilayah kerajaan besar yang menyatukan nusantara.
Dari sudut tertentu, Cerita Panji bahkan dapat bersanding dengan dua epos raksasa yaitu Mahabarata dan Ramayana yang penyebarannya beriringan dengan agama Hindu di Jawa.
Mengenal budaya Indonesia serta mengenal kearifan lokal, baik seni seperti alat musik, tari-tarian pakaian, seperti masyarakatnya, baik awal mula terbentuknya letak lokasi.
Sehingga Cerita Panji menjadi sebuah alternatif atau produk budaya sanding (kalau tak disebut budaya tanding – counter culture) seniman Jawa pada masa itu terhadap dua epos tadi. Terlebih wilayah penyebarannya hingga ke berbagai daerah di nusantara hingga ke seluruh wilayah Asia Tenggara, terutama Thailand dan Madagaskar.
Bermula dari sastra lisan, Cerita Panji kemudian merasuk dalam berbagai seni pertunjukan rakyat. Dalam perkembangannya, muncul berbagai varian baru cerita Panji dalam pertunjukan tersebut sehingga semakin menambah kekayaan khasanah sastra lisan tersebut.
Hal ini tidak terlepas dari kreativitas dalang atau komunitas setempat yang menghidupi masing-masing seni pertunjukan itu. Dalam pertunjukan Wayang Topeng misalnya, banyak ditemukan lakon-lakon baru yang bersumber dari cerita Panji. Demikian pula dalam seni pertunjukan lainnya yang juga berbasis cerita Panji. Sementara ada pula seni pertunjukan yang seperti menggenggam erat cerita Panji seolah-olah menjadi pakem yang tak perlu diubah.