Infobudaya – Kehidupan manusia memerlukan suatu pedoman yang mengatur bagaimana manusia seharusnya berperilaku. Tanpa adanya suatu pedoman, manusia akan kebingungan bagaimana ia seharusnya berperilaku dan menentukan tujuan hidupnya.
Kebutuhan akan suatu petunjuk hidup melahirkan nilai, norma, agama, etika, hukum, dan berbagai hal lainnya yang tersedia dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis.
Salah satu pedoman tersebut hadir sebagai kearifan lokal Awig-Awig yang digunakan di Bali dan Lombok. Awig-Awig digunakan untuk mengatur kehidupan masyarakat ada di Bali dalam wilayah Desa Adat di Bali.

Kata Awig-Awig sendiri berasal dari kata “wig” yang memiliki arti rusak dan penambahan huruf “a” menjadi kata “awig” yang memiliki arti tidak rusak atau baik. Awig-Awig sendiri digunakan oleh masyarakat bali sebagai hukum adat yang mengatur kehidupan masyarakat yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat Bali yang ajeg dan menuntun masyarakat Bali ke arah yang lebih baik dari sebelum-sebelumnya
Baca : Festival Lontar Turatea Di Jeneponto – SulSel
Terdapat enam jenis sanksi adat yang ada dalam Awig-Awig, yaitu mengaksam, dedosaan, kerampang, kasepekan, kaselong, dan Upacara Prayascita. Konsepnya sama seperti peraturan dan norma yang ada di dalam masyarakat Indonesia pada umumnya.
Namun Awig-Awig lebih menitikberatkan bahwa masyarakat adat Bali mayoritas beragama Hindu sehingga terdapat banyak peraturan yang berlaku dan sanksi yang berhubungan dengan agama Hindu.
Desa Adat menganut sistem Awig-Awig sebagai pedoman hidup mereka di desa karena Awig-Awig bersifat sosial-religius, konkret dan jelas, dinamis, komunal dan memperhatikan aspek sosiologis.
Awig-Awig inilah berfungsi dipakai sebagai pedoman dan ditaati agar tercipta ketertiban, ketentraman dan kedamaian di antara anggota masyarakat itu sendiri.
Baca : KEPERCAYAAN WANGSA BONOKELING
Pancasila menjadi dasar inspirasi dan cita-cita bangsa Indonesia yang dipercaya masyarakat Indonesia. Tujuan pancasila adalah memajukan bangsa agar dapat menciptakan sifat membangun dan negara dapat mencapai tujuannya.
Hubungan Pancasila dan Awig-Awig yaitu kelima sila dalam Pancasila tercermin dalam proses pembuatan Awig-Awig dimana aturan ini dipenuhi dengan pembawaan yang mendorong masyarakat untuk percaya bahwa Awig-Awig akan memberikan sanksi sekala dan juga niskala yang berarti berhubungan dengan fisik dan batin seseorang.

Relevansi Awig-Awig di masa kini yaitu peranan Awig-awig dalam mempertahankan adat dan budaya Bali yang bertujuan untuk menjaga tatanan kehidupan masyarakat Bali agar tetap sesuai dengan aturan yang ada baik di bidang agama, budaya, sosial ekonomi serta dengan melestarikan adat dan budaya berdasarkan konsep Tri Hita Karana.
Kearifan lokal seperti Awig-Awig harus dilestarikan agar budaya daerah-daerah di Indonesia dapat terus bertahan dan dapat selektif dalam pemilihan segala dampak globalisasi yang muncul.
Baca : Pendiri Kerajaan Sriwijaya – Dapunta Hyang, ternyata masih misteri
Relevansi Awig-Awig di masa kini tidak jauh berbeda dengan adanya norma-norma yang berlaku dalam masyarakat pada umumnya. Semoga dengan pembelajaran dari tradisi Bali ini yaitu Awig-Awig, kita semua dapat sadar bahwa Pancasila sangat krusial dalam kelangsungan hidup masyarakat Indonesia