Home Budaya Festival Lontar Turatea Di Jeneponto – SulSel

Festival Lontar Turatea Di Jeneponto – SulSel

2369
1
SHARE

infoBudaya.com – Melestarikan kebudayaan lokal dijaman kemajuan teknologi yang serasa dunia berada dalam genggaman tangan, merupakan semangat tersendiri bagi pelaku budaya dan pecinta budaya lokal yang masih mencintai dan meyakini bahwa kebudayaan lokal banyak nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya yang mencitrakan bahwa kita adalah Bangsa Indonesia yang kaya akan Kebudayaan Tradisi.

Info Budaya – Festival Turatea Jeneponto – Adapun Caldwell dan Bougas dalam “The Early History of Binamu and Bangkala” (2004:74–75) menunjukkan bukti keberadaan gundukan tanah berundak dengan menhir pendek lurus

Jenepontoh salah satu bagian dari banyaknya kota di Indonesia yang masih tetap mempertahankan kebudayaan dan kearifan budayanya, yang di tuangkan dalam kebudayaan Festival Lontara Turatea yang diadakan pada tanggal 25 -26 September 2021.

Jeneponto berada di kawasan miskin hujan, tetapi pada masa keemasan Kerajaan Bangkala dan Binamu, 1500–1600, pernah tercatat mengalami surplus beras. Macknight dalam “The Rice of Agriculture in South Sulawesi” (1983:92–116) mencatat masa gemilang pertanian itu terjadi di kawasan Kalimporo, Tanatoa, Beroanging, dan Baranak.

Baca : Iseng Berbuah karya – Seniman Jenepontoh

Adapun Caldwell dan Bougas dalam “The Early History of Binamu and Bangkala” (2004:74–75) menunjukkan bukti keberadaan gundukan tanah berundak dengan menhir pendek lurus di antara Kalimporo dan Tanatoa. Gundukan itu dinamai “Karaeng Loe Burakne” atau “Penguasa Agung Lelaki”. Di sanalah pemerintahan berbasis pertanian dicatat oleh sejarah.

Info Budaya – Festival Turatea Jeneponto – Tradisi ammaca kittak bermula sejak masuknya Islam di wilayah Kabupaten Jeneponto. Dahulu kala, ada dua kerajaan di wilayah Jeneponto saat ini yang merupakan kerajaan palili dari Goa-Tallo, yakni Kerajaan Binamu dan Kerajaan Bangkala

Selain sastra tulisan yang diguratkan dalam lontarak, seperti pappasang dan parupama, masyarakat Turatea Kabupaten Jeneponto juga intim dengan sastra lisan. Sekadar menyuguhkan contoh, ammaca kittak.

Tradisi ammaca kittak bermula sejak masuknya Islam di wilayah Kabupaten Jeneponto. Dahulu kala, ada dua kerajaan di wilayah Jeneponto saat ini yang merupakan kerajaan palili dari Goa-Tallo, yakni Kerajaan Binamu dan Kerajaan Bangkala. Ammaca kittak juga tumbuh subur di kawasan Arungkeke, Tarowang, dan Rumbia.

Baca : Keren Desa Adat Jadi Destinasi Wisata Populer

Tatkala seseorang meninggal dunia, setiap malam setelah mengaji akan digelar ammaca kittak. Lazimnya, orang-orang akan bergiliran membaca kittak. Rupa-rupa langgamnya. Langgam Maero (Bontoramba) berbeda dengan langgam Tanatoa (Bangkala). Langgam Borongtammatea (Tamalatea) berbeda dengan langgam Barana (Bangkala Barat). Langgam Mataere (Kelara) berbeda pula dengan langgam Paetana (Turatea).

Info Budaya – Festival Turatea Jeneponto – Selain sastra tulisan yang diguratkan dalam lontarak, seperti pappasang dan parupama, masyarakat Turatea Kabupaten Jeneponto juga intim dengan sastra lisan. Sekadar menyuguhkan contoh, ammaca kittak.

Appatudduk (tumbuk lesung) adalah peninggalan budaya yang kerap ditampilkan saat pesta panen raya. Nada dan rasa didapatkan dari tumbukan alu dan batu pada lesung. Ritual berdendang dengan alu dan lesung itu ditingkahi oleh aksi “Pamancak Baine” (Perempuan Pesilat).

Baca : KEPERCAYAAN WANGSA BONOKELING

Pada 26 September 2021, Festival Lontar Turatea akan menggelar pesta appatudduk dan riuh rendah pamancak baine. Dari seluruh penjuru Turatea akan dihadirkan perawat tradisi turun temurun.

Catat, 25 – 26 September 2021. Festival Lontar Turatea akan menghadirkan Appalettek Ballak, Akbatte, Ammaca Kittak, dan Pesta Ganja (Gantalak Jarang), serta atraksi seni tradisi lainnya.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY