Info Budaya : Kota Palu merupakan ibukota Propinsi Sulawesi Tengah memiliki berbagai kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang beberapa diantaranya adalah spesies endemic serta keindahan pemandangan alam.
Kota Palu juga memiliki destinasi wisata alam dan budaya yang unik dan memukau, sehingga kota ini dikenal sebagai kota empat dimensi, dimana keindahan laut Teluk Palu, pesisir pantai dan yang sungai yang bertemu dengan barisan pegunungan hijau sebagai latarnya.
Keberagaman kultur, etnik, dan agama dari penduduk kota Palu yang hidup harmonis dengan ikatan kekerabatan yang kuat menjadikannya kota yang pluralistic.
Salah satu tempat wisata di kota Palu yang dapat menjadi rujukan adalah wisata religi seperti:
Abdulah Raqie Gelar Dato Karama Palu dan Pue Njidi
Pada awa abad ke-17, tepatnya pada tahun 1603, Raja Aceh member restu kapada para Mubaligh dari Aceh dan pesisir Padang Pariaman di Sumatera Barat untuk melakukan Syiar Islam ke Pulau Sulawesi.
Tiga orang Mubaligh atau Dato (ditulis Datuk – Sumatra), yaitu Dato ri Tiro, Dato ri Bandang dan Dato Patimang menuju ke Gowa, Makassar. Mubaligh lainnya yaitu Dato Mangaji menuju ke Parigi dan seorang lainnya, Dato Karama menuju ke Palu.
Sebagai pembawa syiar Islam pertama ke Palu. Dato Karama awalnya meyakinkan Magau (Raja) Pue Njidi untuk memeluk Islam. Kedua makam tokoh ini dapat dikunjungi di Kecamatan Palu Barat. Makam Dato Karama berada di Jl. Rono Kelurahan Lere dan Makam Pue Njidi berada di Kelurahan Kabonena yang dulunya pusat Kerajaan.
Sayyid Idrus bin Salim Aldjufrie (18 Maret 1891 – 22 Des. 1969)
SIS Aldjufrie, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Guru Tua, adalah ikon bagi sebagian besar warga Kota Palu.
Alim Ulama dan tokoh pendidikan yang telah melahirkan mahakarya yaitu sebuah institusi pendidikan yang di beri nama Al Khairaat ini adalah legenda bagi dunia pendidikan dan dakwah islamiyah, tidak hanya di Kota Palu dan Sulawesi Tengah sebagai basis perjalanannya, tapi juga hingga ke pelosok disebagian besar kawasan tengah dan timur Indonesia.
Namanya diabadikan sebagai nama jalan tepat didepan Madrasah Al Khairaat, sekolah pertamanya yang di buka pada tanggal 30 Juni 1930. Habib yang lahir di Taris, Hadramaut, Yaman Selatan ini, wafatnya di peringati sebagai event tahunan nasional oleh para Santri dan almamater (Abnaulkhairaat) dari seluruh penjuru Nusantara.
Wisatawan dapat mengunjungi makam Guru Tua yang berada di dalam Kompleks pendidikan dan Pesantren Al Khairaat di Jalan SIS Aldjufrie, jalan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Palu sebagai Kawasan Wisata Religi.
Gimana sobat Info Budaya, semoga 2 tempat religi tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan yang senang melakukan perjalanan untuk berwisata religi.