Infobudaya – Dalam hal kebudayaan negeri i-ni memang tiada tandingannya. Setiap provinsi maupun daerah pasti memiliki ragam kebudayaan yang berbeda. Keanekaragamaan pemberian Ilahi yang membuat negeri kita diakui dunia.
Tapi kadang kita terlena dengan artefak budaya yang kita miliki. Padahal bangsa lain senantiasa mengapresiasi aneka kebudayaan kita, bahkan iri.
Ada banyak cara negara lain mengapresiasi kebhinekaan budaya kita, salah satunya dengan mendirikan rumah adat suku-suku bangsa Indonesia. Ada rumah Gadang di Belanda, Pura Agung Shanti Buwana di Belgia, rumah Balai Batak Toba di Jerman. Khususnya, rumah Batak yang amat megah berdiri di tengah Kota Waperloh, negara bagian Niedersachsen, Jerman Utara, Yang sudah ada sejak tahun 1978.
Jika di Indonesia ru-mah adat i-ni biasa di-sebut dengan istilah rumah Bolon, di Jerman ru-mah i-ni di-sebut Batakhaus. Batakhaus sendiri telah berdiri sejak tahun 1978 atas inisiatif pastor Matthaus.
Sama seperti dengan rumah Bolon di Indonesia, Batakhaus juga memilik bentuk persegi empat dan seperti ru-mah panggung. Ya, bagian depan ru-mah tepat terletak di tengah-tengah badan ru-mah terdapat tangga yang menjadi akses untuk masuk ke dalam ru-mah.
Lalu, ru-mah adat Batak di Jerman i-ni juga ditopang oleh tiang-tiang penyangga. Uniknya, atap ru-mah berbentuk pelana kuda. Ornamen pada ru-mah pun merujuk ornamen yang sering digunakan oleh Suku Batak.
Karena adanya hubungan historis sekaligus misionaris de-ngan masayarakat Batak membuat pastor Matthus berinisiatif mengimitasi ru-mah adat Batak di negeri Nazi. Namun kini ru-mah adat tersebut telah beralih fungsi menjadi museum dan objek wisata bagi penduduk Jerman. Itulah cara Jerman merawat kebudayaan Indonesia. Bagaimana de-ngan kita?