Nama Roro Kuning berasal dari Ruting dan Roro Kuning putri raja Kediri dan Dhoho yang berkuasa sekitar abad ke 11-12. Ruting yang aslinya bernama Dewi Kilisuci dan Roro Kuning yang sebenarnya Dewi Sekartaji,merupakan putri semata wayang Lembu Amiseno dari Kerajaan Doho.
Kedua putri tersebut tengah mengalami sakit Kuning dan Kulit, mereka mencari kesembuhan hingga dilereng Gunung Wilis desa Bajulan. Selama proses penyembuhan, kedua putri sering mandi di air terjun desa Bajulan, lambat laun air terjun tersebut diberi nama Roro Kuning.
Air Terjun setinggi ±10-15 m ini terletak di desa Bajulan kecamatan Loceret (±23 km arah selatan kota). Air terjun yang berada di ketinggian 600 mdpl ini mengalir dari tiga sumber air dari Gunung Wilis, yang mengalir merambat di sela-sela bebatuan padas di bawah pepohonan hutan pinus. Kemudian menjadi air terjun yang membentuk trisula.
Dan karena proses mengalirnya itulah maka warga Desa Bajulan menamakan air terjun merambat.
Kawasan air terjun yang berupa hutan alami dan berhawa sejuk ini, termasuk dalam area wana wisata yang dilengkapi dengan sarana outbound, camping ground, joglo wisata, aneka kuliner, kolam renang, tempat peristirahatan, penangkaran Rusa, dan sebagainya.
Diselatan wana wisata Roro Kuning ini juga terdapat 3 air terjun lainnya yaitu ; Pacoban Coban (95m), Pacoban Ngunut (55m), dan Pacoban Lawe (75m).
Mengenal budaya Indonesia serta mengenal kearifan lokal, baik seni seperti alat musik, tari-tarian pakaian, seperti masyarakatnya, baik awal mula terbentuknya letak lokasi.
Nama Pacoban ini dikaitkan dengan kisah Dewi Kilisuci yang melarikan diri karena menolak dipersunting oleh raja yang mengalahkan Kerajaan Daha (Kediri).
Dalam pelariannya, Dewi Kulisuci bersemedi di ketiga air terjun tersebut dan selalu mendapatkan cobaan (pacoban) dari makhluk halus. Karena itu air terjun ini dinamakan Pacoban.
Sementara nama Roro Kuning tak lepas dari kisah Dewi Sekartaji dan Panji Asmorobangun, adik dari Dewi Kilisuci yang pada akhirnya menetap di daerah ini setelah melakukan perjalanan mencari sang kakak yang terpisah dari mereka saat pelarian. Aksesbilitas menuju kawasan air terjun yang masih menjadi bagian pegunungan Wilis dibelahan Timur kabupaten Nganjuk ini, berupa jalan setapak yang hanya dimungkinkan dilalui kendaraan roda dua.