Home Budaya Tradisi Unik Masyarakat Lampung Menjelang Pernikahan

Tradisi Unik Masyarakat Lampung Menjelang Pernikahan

2661
0
SHARE

Info Budaya – Indonesia terkenal dengan keragaman suku dan budayanya, salah satu kebudayaan yang menarik menurut Infobudaya.com adalah Tradisi Masyarakat Lampung Menjelang Pernikahan.

Secara garis besar, masyarakat asli Lampung terbagi menjadi dua kelompok adat besar, yaitu Pepadun dan Saibatin (Peminggir). Tetapi, selain kedua kelompok besar tersebut, terdapat kelompok adat lain yang memiliki pernak-pernik tradisi dan ritual adat khas berbeda dari keduanya.

Salah satu adat Lampung yang masih sangat kental dan sakral adalah prosesi pernikahan. Berikut Infobudaya.com rangkum acara adat prosesi pernikahan adat Lampung yang unik dan sakral.

Tari cangget agung pada saat upacara adat begawi – Image : lampung.idntimes.com

Begawi
Prosesi adat Begawi ini dilakukan oleh masyarakat Lampung Pepadun sebagai acara pengambilan gelar adat yang sering disebut cakak pepadun. Namun dalam pelaksanaan prosesi Begawi ini membutuhkan biaya yang cukup besar, puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Alhasil, tak semua masyarakat Lampung Pepadun melaksanakan adat begawi dalam pernikahan, bergantung pada kondisi ekonomi setiap orang. Itu karena jika menggelar acara ini selama 7 hari 7 malam penyelenggara akan menyuguhkan berbagai makanan yang melimpah serta tarian-tarian adat yang diiringi dengan alat musik tradisional.

Baca : Agus Noor – Tak Ingin Jadi Penulis Yang Bisa dideskripsikan

Begawi ini dilaksanakan apabila seseorang tersebut ingin memperoleh pangkat atau kedudukan sebagai penyimbang yang dilakukan oleh lembaga perwatin adat. Tradisi ini mempengaruhi peran, kedudukan, dalam struktur adat dan upacara adat.

Pengambilan gelar adat ini dilakukan karena dalam masyarakat Lampung Pepadun, derajat seseorang tidak berdasarkan keturunan, melainkan berdasarkan kemampuan seseorang secara ekonomi serta diakui oleh umum. Sehingga apabila seseorang ingin mengangkat derajatnya secara adat, dia harus melaksanakan begawi atau cakak pepadun. Setelah melaksanakan gelaran adat tersebut, maka dia berhak memakai gelar penyimbang atau suttan, yaitu gelar tertinggi dalam adat Lampung Pepadun.

Prosesi mosok adat Lampung Pepadun, memberikan suapan kepada kedua mempelai (Web/Widrializa)

Mosok
Prosesi mosok menjadi acara yang wajib dilaksanakan sebelum ijab kabul. Karena dalam prosesi tersebut kedua mempelai diberi nasihat untuk menjalani kehidupan rumah tangga dan hidup rukun dengan keluarga dan masyarakat.

Nasihat-nasihat tersebut disampaikan melalui simbol-simbol berupa makanan, cara duduk kedua mempelai serta orang-orang yang memberikan mosok. Setiap simbol yang digunakan memiliki makna dan fungsinya masing-masing.

Menurut Abdul Syani, akademisi dan peneliti budaya Lampung, mosok merupakan acara suapan yang dilakukan dalam rangka penyampaian hajat atau keinginan. Mosok bisa dilakukan dua kali atau hanya sekali saja bergantung pada kemampuan ekonomi keluarga laki-laki.

Baca : Mengenal Lebih Suku Korowai di Papua

“Pada zaman dahulu mosok hanya dilakukan jika kedua mempelai menggunakan adat sebambangan (kawin lari), kini mosok tetap dilaksanakan meski pun kedua mempelai tidak menggunakan adat sebambangan,”terangnya.

Lebih lanjut Abdul menjelaskan, biasanya jika kedua mempelai menggunakan adat sebambangan maka akan dilakukan mosok nyambut terlebih dahulu, sebagai tanda bahwa wanita tersebut sudah tidak bisa diambil kembali oleh keluarganya, kemudian mosok dilakukan kembali ketika kedua mempelai sudah sah menjadi sepasang suami istri.

Prosesi mosok memberikan pemahaman bagi kedua mempelai tentang pembagian peran dalam rumah tangga. Seperti, tugas seorang suami adalah mencari nafkah, menjadi pemimpin dalam rumah tangga dan bertanggung jawab penuh terhadap kebahagian lahir batin seorang istri. Sedangkan tugas seorang istri adalah mengerjakan pekerjaan rumah, mengurus anak, menghormati suami dan mengikuti keputusan yang dibuat oleh suami.

Namun Abdul mengatakan, seiring perkembangan zaman, seorang istri diperbolehkan untuk membantu suami mencari nafkah, hal tersebut lantaran adat Lampung yang bersifat lentur terhadap perkembangan zaman dan mempertimbangkan berbagai aspek. “Misalnya, kebutuhan ekonomi semakin bertambah dan penghasilan suami tidak mencukupi maka seorang istri boleh ikut membantu suami mencari nafkah, asalkan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai yang terdapat dalam mosok,”ujarnya.

Sebambangan merupakan acara adat di mana pihak laki-laki melarikan gadis yang akan dinikahi ke tempat keluarga laki-laki

Sebambangan
Sebambangan merupakan acara adat di mana pihak laki-laki melarikan gadis yang akan dinikahi ke tempat keluarga laki-laki. Dalam hal ini dapat terjadi dengan adanya kesepakatan antara pihak laki-laki dan perempuan namun pihak keluarga perempuan tidak mengetahuinya

Biasanya sebelum melakukan larian, gadis sudah membuat surat terlebih dahulu sebagai pemberitahuan dan uang peninggalan atau disebut duit tengepik yang ditinggalkan di dalam kamar gadis. Biasanya tengepik ini senilai Rp1.200 ribu hingga Rp9.200 atau bisa lebih.

Baca : Amarah dan Emosi Gambaran Topeng Klana

Adat sebambangan ini dilakukan sebagai upaya menghindari dari pelaksanaan lamaran atau sanak keluarga yang tidak setuju. Sehingga jika pihak keluarga mempelai perempuan tidak menyetuji maka sebambangan yang dilakukan diselesaikan secara musyawarah bersama tokoh adat setempat.

Proses pengantaran sesan ke rumah mempelai laki-laki – Image : lampung.idntimes.com

Sesan
Sesan merupakan pemberian dari pihak keluarga perempuan sebagai tanda sayang pihak keluarga perempuan terhadap pengantin perempuan. Biasanya berbentuk barang-barang rumah tangga atau perlengkapan rumah tangga dan dibawa ketempat pihak laki-laki pada waktu prosesi pernikahan.

Sesan tersebut merupakan hasil pemberian dari kerabat pihak perempuan kepada pengantin yang menikah dan dibawa ke rumah pihak laki-laki. Menurut Alfanny Fauzi salah satu mahasiswa Universitas Lampung yang bersuku Lampung, menganggap pemberian sesan tersebut tidak merugikan pihak laki-laki maupun perempuan. Mengingat masih banyak yang menganggap bahwa untuk menikahi gadis Lampung membutuhkan biaya yang cukup besar.

Baca : Busana Toraja di Jember Fashion Carnaval

“Sebenernya itu kesepakatan antara kedua belah pihak. Misal pihak laki-laki ngasih uang tengepik ke pihak perempuan nanti pihak perempuan juga ngasih sesan itu yang senilai dengan apa yang di kasih laki-laki. Malah biasanya lebih besar karena kalau dikit malu, Lampung kan ada piil keluarga,”jelasnya.

Acara nyubuk majeu adat Lampung (Nesiatimes.com)

Nyubuk Maju
Acara adat Nyubuk Maju ini biasanya dilakukan oleh Masyarakat Lampung pepadun di Way Kanan. Nyubuk Maju merupakan kegiatan yang dilakukan oleh saudara perempuan mempelai wanita sebagai acara terakhir kalinya bertemu saat mempelai wanita berstatus lajang.

Peserta yang mengikuti acara ini menggunakan sarung laki-laki sebagai topeng supaya identitas mereka tidak dikenali. Tujuan penggunaan sarung itu sendiri agar seluruh pakaian yang digunakan selaras dengan lainnya sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Sedangkan mempelai wanita yang akan menikah sudah dihias seperti tuan putri.

Baca : Dari Pompaura sampai Batik Bomba Palu

Acara Nyubuk Maju ini sekaligus melihat bagaimana persiapan dekorasi akad di rumah mempelai laki-laki. Kemudian diakhir acara para peserta nyubuk maju akan meninggalkan saran atau masukan kepada keluarga mempelai laki-laki tentang persiapan acara akad tersebut. ( Sumber )

LEAVE A REPLY