Info Budaya : Di Tiongkok, misalnya, tidak diwajibkan berbahasa Inggris tapi harus berbahasa Tiongkok. “Ini pengalaman saya ketika diminta mengajar di sebuah kampus, saya justru dibiarkan berbahasa Indonesia (tidak dalam bahasa Inggris) ketika menyampaikan presentasi, dan ada seorang penerjemah ke dalam bahasa Tiongkok.
Di kita justru sebaliknya, Tofl Bahasa Inggris, mestinya kan Bahasa Indonesia. Ini sangat kontras kebijakan pendidikan di kita dan di Negara seperti di China itu. Kemajuan tak ditentukan dengan bahasa Inggris,”
Kesenian kita ternyata dilakukan di gua-gua. Dari lukisan di gua mempunyai daya magis dan tidak sembarang gua yang bisa dipakai untuk melakukan ekspresi keseniannya itu. Sebagai pusat peribadatan manusia Jawa abad ke-8, ilmu pengetahuan direpresentasikan dengan arsitektural. Lukisan kaca, dll.
Seni berkembang ke arah mitologis dan kosmologis. Bidang-bidang seni yang lain, membangun mitologi dan kosmologis. Kerajaan-kerajaan di masa lalu banyak membangun budaya untuk mengukuhkan kekuasaannya. Nyai Roro Kidul di zaman Mataram, lahir bukan di zaman Demak. Di situ diceritakan raja-raja Mataram menjadi raja yang hebat.
Baca : Suka Pantai, Pulau Banyak Tempatnya, Kenapa?
Dalam sastra kita, terutama sastra Jawa, banyak melakukan pengembangan penafsiran dari kitab-kitab pemikiran terdahulu. Seperti Ronggowarsito melakukan penafsiran terhadap karya Al-Ghazali. Terbukti dalam Serat Wirid Hidayat Jati, dari kita Al-Ghazali Bidayatul Hidayah.
”Dalam rangka tradisi literasi kita sudah melepaskan dari bayang-bayang Mahabharata dan Ramayana. Ini merupakan transformasi estetik. Selain banyak ditujukan kepada hal-hal yang sifatnya nonestetik, sebagaimana tampak pada sastra Kakawin-kawin dalam sastra Jawa kuno,”
Siapa meragukan keberadaan, kedudukan, fungsi, dan peran seni yang demikian fundamental dan strategis dalam kehidupan manusia?
Secara spiritual, filosofis, etis dan estetis, seni merupakan fakta humanitas dan mentalitas yang sangat fundamental dalam berbagai kebudayaan dan peradaban di belahan dunia.
Sudah lama (sejak zaman kuno) seni menjadi wahana atau instrumen utama ekspresi spiritualitas, filfasat, etika, dan estetika, bahkan pendidikan.
Baca : Peradaban Pra-sejarah Ini Masih Jarang Di Ketahui
Secara politis dan ekonomis, seni merupakan fakta kemasyarakatan dan kebendaan yang sangat strategis dalam kebudayaan dan peradaban di berbagai belahan dunia. Kenyataan menunjukkan, sudah lama seni menjadi pilar kekuasaan atau negara, bahkan menjadi instrumen konsolidasi kekuasaan.
”Pada masa kejayaan Singhasari, Majapahit, dan Mataram serta Orde Baru, kita menyaksikan betapa seni telah menjadi sarana legitimasi dan delegitimasi kekuasaan. Sudah lama pula seni menjadi identitas kelompok masyarakat tertentu, misalnya kita mengenal etnik Asmat dan Dani berdasarkan seni mereka.
Bahkan pada zaman sekarang, seni telah menjadi komoditas ekonomi kreatif [ekonomi budaya] atau industri kreatif yang sangat penting dan menjanjikan; makin banyak produk-produk ekonomis-bisnis bersentuhan atau berlumur seni. Ini semua menunjukkan betapa keberadaan, kedudukan, fungsi, dan peran seni demikian berarti dalam dinamika kehidupan manusia.”
Supaya keberadaan, kedudukan, fungsi, dan peran seni yang demikian berarti dapat bertahan, bahkan berkembang dalam suatu peradaban dan kebudayaan diperlukan dialektika seni.
Baca : Kapal Dibakar Jadi Event Wisata, Kok Bisa
Yang dimaksud dialektika seni di sini adalah: seni selalu memerlukan pembaharuan (restorasi) di samping pelestarian seni (konservasi); memerlukan penemuan (invensi, inkuiri) di samping pemeliharaan (kultivasi); memerlukan perubahan dan pengembangan di samping pewarisan; memerlukan daya cipta seni (kreativitas) di samping daya hidup seni (survivalitas); dan memerlukan kebaruan (inovasi) di samping keteraturan (kovensi).
Daya hidup, keteraturan, pelestarian, pemeliharaan, pemertahanan, dan pewarisan seni secara berkesinambungan dan berkelanjutan akan membuahkan seni tradisi, sedangkan daya cipta, kebaruan, perubahan, pembaharuan, penemuan, dan pengembangan seni akan membuahkan tradisi seni dalam lintasan kehidupan seni.
Baca : Keren Desa Adat Jadi Destinasi Wisata Populer
”Kesenian dan ekspresi dalam seni rupa perlu diajarkan, sehingga kita memahami perkembangan kebudayaan kita. Yang tradisi mempunyai kontribusi bagi perkembangan selanjutnya. Kita tak menolak adanya unsur-unsur baru dalam kesenian kita,”