Sebagaimana yang masyarakat tahu, Gamelan adalah salah satu budaya bangsa Indonesia yang menjadi kebanggaan didunia Internasional. Dimana orang menyebut Gamelan yang menjadi daya imajinasi Orang luar adalah Kebudayaan & Kesenian Jawa.
Asal usul Gamelan banyak yang sudah mengetahui bahwa kemunculan Gamelan sejak sebelum Hindu masuk ke tanah Jawa, paling tidak ada persamaan kemunculan dengan wayang, Karena Gamelan, Wayang, Karawitan ada keterkaitan dan penunjang satu sama lain.Sekilas asal usul Gamelan di tanah Jawa maupun di Indonesia.
Disini kita akan membahas dari segi pengrajin Gamelan yang sudah turun temurun dilakukan sejak 1959 (Dinasti GUDEL). Mustika Laras Mbah HARJO PAWIRO (1959), Bp. NURHADI (1979), Bp. DIDIK ADIONO (1990-sekarang).
Gamelan yang diyakini masyarakat setempat sebagai titisan Empu Gamelan tertua di Nganjuk Jawa Timur ini telah membuat ratusan pesanan Gamelan yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, Indonesia Timur, bahkan manca negara.
Saat kami mewancarai Bp. Didik Adiono (sipengrajin) sedang menyiapkan pesanan dari seniman luar di Singapura. Sungguh luar biasa Gamelan yang sebagai alat musik murni dari Indonesia bisa menjadi acuan alat musik bernada Pentatonis ini.
Gamelan Nganjuk Jawa Timur memang terkenal dengan terbaiknya bahan Kuningan (walaupun sebenarnya bahan tembaga/Solo/Jogja yang lebih bagus) tapi dalam segi maintenance(perawatan usia pemakaian jangka waktu yang lama) yang sangat efisiensi, ketimbang bahan dasar tembaga (yang kalau jatuh langsung pecah).
Diselah – selah wawancara kami tentang proses pembuatan Gamelan ini ternyata sangat rumit. Dibutuhkan telinga – telinga yang sangat peka terhadap nada – nada pentatonis yang notabene adalah hasil tuning dari telinga turun temurun. Kalau mau kita samakan dengan nada internasional atau yang lebih dikenal dengan nada diatonis sangatlah berbeda. Untuk itulah saat urusan tuning mentuning nada Bp. Didik Adiono lah yang turun langsung ke semua alat –alat music Gamelan yang sedang di produksi.
Dibutuhkan beberapa pengrajin – pengrajin antara lain pengrajin pahat/ukir, pandai besi, tukang las, maupun tukang cat yang bukan sembarang bisa nge-cat.
Terkadang Bp. Didik mengajak anak – anak sekolah yang baru pulang sekolah untuk membantu menyelesaikan kerajinan ini, yang jelas ada upah kerja juga untuk mereka daripada melakukan hal –hal negatif diluar jam sekolah mereka menurut beliau. Bahan – bahan yang diperoleh Bp. Didik pun tidak terlalu susah di lingkungan bengkel produksi beliau.
Harapan yang ingin dicapai adalah Seni Budaya Gamelan bisa terus dikembangkan tanpa tergerus oleh jaman yang semakin lama semakin ditinggalkan. Besar harapan dengan tradisi –tradisi budaya Indonesia bisa memperkuat rasa Nasionalisme (Afr).