Munculnya Gagasan Mempersatukan Nusantara
Info Budaya : Surabaya yang kita kenal sebagai kota pahlawan banyak menyimpan makna historis, seperti politik hingga munculnya gagasan mempersatukan Nusantara.
Secara historis gerakan mewujudkan gagasan penyatuan wilayah Nusantara telah dimulai sejak pemerintahan Darmawangsa (990 M.) dengan melakukan serangan terhadap Sriwijaya. Serangan itu memang gagal, namun paling tidak ada dua gagasan yang dikembangkan oleh Darmawangsa.Pertama, melemahkan pengaruh Sriwijaya yang menguasai urat nadi perdagangan di Asia Tenggara sebagai sumber daya ekonomi (ZEE).
Sriwijaya waktu itu dianggap menghalangi pengembangan Jawa Timur. Kedua, untuk melancarkan ekspedisi ke Sriwijaya Darmawangsa memerlukan armada yang kuat.
Baca : Saat Bule Yang Melestarikan Kebudayaan dan Kesenian Indonesia
Gagasan ini belum pernah muncul, meskipun pada abad IX telah tercipta Barabudhur, Prambanan, dll. Guna membangun kekuatan laut yang tangguh, Surabaya berdasarkan rekonstruksi geografis di atas sangat tepat dan mirip dengan lokasi Sriwijaya di muara Sungai Musi atau Batanghari.
Politik Perimbangan (Balance Power Policy)
Sejak munculnya Pu Shendok Sri Icanattunggawijaya (Sic) Sriwijaya harus berbagi kekuasaan dengan Jawa Timur yang berpusat di muara Brantas. Pada masa Airlangga (1019-1042) kekuasaannya mampu mengimbanagi Sriwijaya.
Baca : Berkesenian Secara Mandiri Kok Bisa
Bahkan untuk berdamai dengan Airlangga, pihak Raja Sriwijaya harus memberikan puterinya sebagai perkawinan poilitik sebagai isteri raja Kahuripan itu : Sri Sanggramawijaya Diah Prasada Uttunggadewi. Sepeninggal Airlangga pusat kekuasaan di Jawa Timur pindah ke pedalaman, tetapi masih dialiran Brantas, yaitu : Kediri (1080-1222).
Pada masa ini telah tercapai keseimbangan antara Sriwijaya (Indonesia Barat) dan Kediri (Indonesia Timur). Sedemikian kokohnya kekuasaan Kediri hingga mampu mengamankan jalur perdagangan – pelayaran interinsuler dan internasional antara Indonesia Timur, India dan Cina.
Baca : Kesenian Batak Dan Suara Merdu
Kerajaan Kediri juga memiliki panglima laut senapati sarwajala, sebagai bukti bahwa kekuatan laut Kediri dapat diandalkan. Berbagai kemampuan yang dicapai Kediri itu jelas tidak dapat dipisahkan peran jalur Brantas sebagai tempat kedudukan Kediri. Dalam hal ini sudah barang tentu peran delta Brantas yang dikemudian hari menjadi Surabaya sangat vital
Konsolidasi Kekuatan
Pada periode Singasari (1222-1292) peta kekuatan dan kegiatan politik di Indonesia bandulnya telah berubah. Prakarsa mewujudkan gagasan persatuan Nusantara di bawah satu payung kekuasaan yang telah dirintis dan dipelopori oleh Darmawangsa pada abad X diambil alih dari Sriwijaya bergeser ke muara Brantas dilanjutkan oleh Kertanegara (abad XIII). Kertanegara adalah peletak dasar dan pelopor utama persatuan Nusantara dengan kekuatan militer memperstukan Nusa Tenggara dan Melayu di bawah Singasari.
Tindakan Kertanegara berkaitan erat dengan usaha penangkisannya terhadap ekspansi Khu Bhilai Khan. Nama Surabaya muncul secara pasti sebagai mitos dengan lambang ikan “sura & buaya” pada masa transisi Singasari-Majapahit dengan dikalahkannya armada Tar-tar oleh pasukan Majapahit yang dipimpin Raden Wijaya di laguna Pacekan .
Baca : 4 Kearifan Lokal di Sulawesi Setalan
Ceritera itu kemudian menjadi tradisi lisan dan akhirnya diabadikan menjadi mitos tentang Surabaya yang digambarkan dalam bentuk pertarungan antara ikan “suro” dan ikan “boyo”. Kebenaran peristiwa pergulatan Cina-pribumi di Laguna dan Kali Pacekan itu kemudian disyahkan dengan prasasti Trowulan II 1358 . Dapat dikatakan dari situs inilah dimulainya gerak perkembangan Surabaya secara kronologis dan geografis (fisik) dalam dinamika Sejarah Indonesia. Sumber : Aminuddin Kasdi