Di beberapa wilayah di Indonesia, banyak dijumpai bahan-bahan pembuatan batik dari bahan alami, seperti kayu pohon mengkudu, kunyit, tinggi, soga, dan nila. Juga bahan soda yang dibuat dari soda abu serta garam yang dibuat dari tanah lumpur.

Kain batik memiliki nilai sejarah yang tak ternilai, karena pada kain batik terdapat makna suatu peristiwa, identitas, penjelasan strata sosial, bahasa kebudayaan, spiritualitas manusia, penemuan teknologi, dan perjalanan suatu peradaban.

Batik merupakan seni melukis yang dilakukan di atas kain. Dalam pengerjaannya, pembatik menggunakan lilin atau malam untuk mendapatkan ragam hias atau pola di atas kain yang dibatik dengan menggunakan alat yang dinamakan canting.
Batik dan Kekuatan Budaya Indonesia
Indonesia memiki banyak karya budaya. Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang. Dibandingkan peninggalan budaya lainnya, seni batik memiliki kelebihan tersendiri. Nilai pada batik Indonesia bukan hanya semata-mata pada keindahan visual.
Lebih jauh, batik memiliki nilai filosofi yang tinggi serta sarat akan pengalaman transendenitas. Nilai inilah yang mendasari visualisasi akhir yang muncul dalam komposisi batik itu.

Kegiatan membatik merupakan sebuah proses yang membutuhkan ketelatenan, keuletan, kesungguhan, dan konsistensi yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari serangkaian proses, mulai dari mempersiapkan kain, membuat pola, membuat isian, hingga pengeringan.
Batik dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu proses pembatikan, kualitas pembatikan, motif, dan warna batik. Beberapa orang ada yang memperhitungkan makna atau nilai yang terkandung dalam selembar kain batik.

Secara visual, batik mempunyai sejumlah pakem yang mesti diterapkan dalam penggunaannya. Baik dalam pakem pembuatan pola maupun pakem penggunan motif tersebut beserta acara atau upacara ritual yang akan diselenggarakan. Tidak sembarang orang boleh menggunakan pola tertentu. Pola Parang Rusak, misalnya, hanya boleh digunakan oleh Pangeran atau Pola Truntum yang diperuntukkan bagi pasangan pengantin.

Warna yang digunakan pada batik keraton terbatas pada pewarna alami. Ini karena pada masa itu belum ditemukan pewarna sintesis. Berdasarkan kosmologi Jawa, penerapan warna seperti hitam, merah, putih atau coklat mengacu pada pakem yang berlaku. Semua tata aturan tersebut bertujuan untuk penyelarasan dan harmonisasi.
